Moladin Mofi Artikel

Home » Bisnis » Return on Equity (ROE), Kalkulasi dan Maknanya

Return on Equity (ROE), Kalkulasi dan Maknanya

by Ahmad Yusuf
roe adalah

Mengukur kinerja keuangan bisnis sangatlah krusial. Nah, untuk mengetahuinya, ada beberapa metrik yang biasa digunakan. Salah satunya adalah dengan menghitung Return on Equity (ROE).

Lantas, apa itu ROE? Apakah hal tersebut penting? Lalu, bagaimana cara menghitung dan menginterpretasikannya? Yuk, temukan jawabannya di artikel ini!

Apa Itu ROE?

Return on Equity adalah salah satu rasio profitabilitas untuk mengukur seberapa efisien sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan oleh pemegang saham.

Caranya, yaitu dengan membandingkan laba bersih dengan ekuitas pemegang saham—yang biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase.

Seperti yang kamu tahu, ekuitas adalah hasil pengurangan aset dengan likuiditas. Maka dari itu, ROE menunjukkan pengembalian atas aset bersih perusahaan.

Kenapa Mengukur ROE Penting?

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, rasio profitabilitas adalah metrik penting untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. 

Secara umum, rasio profitabilitas, termasuk ROE, bisa memberikan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan dan bagaimana kinerjanya dibandingkan dengan perusahaan lain yang bergerak dalam industri yang sama.

Nah, berikut ini adalah beberapa alasan kenapa mengukurnya sangatlah penting.

1. Mengukur Profitabilitas dan Efisiensi

Dari sudut pandang investor, ROE memberikan wawasan tentang seberapa efisien manajemen perusahaan mengelola dana yang diinvestasikan oleh pemegang salam.

Semakin tinggi angkanya, artinya semakin mahir perusahaan dalam menghasilkan laba dan pertumbuhan dengan memanfaatkan pembiayaan ekuitas. 

2. Membandingkan Kinerja Perusahaan

ROE memudahkan investor dalam membandingkan kinerja keuangan sebuah perusahaan dengan perusahaan lain yang beroperasi dalam industri yang sama.

Melalui informasi ini, investor bisa menghindari risiko berinvestasi di perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang buruk atau tidak cakap mengelola modal.

3. Memperkirakan Tingkat Pertumbuhan

Terlepas dari kondisi eksternal perusahaan, rasio ini dianggap sebagai cara yang efektif untuk menilai tingkat pertumbuhan saham dan dividen perusahaan. 

Biasanya, ROE perusahaan dikalikan dengan rasio retensi untuk menghitung pertumbuhan tersebut. Di sini, rasio retensi adalah proporsi laba bersih perusahaan yang telah ditahan atau diinvestasikan kembali untuk meningkatkan prospek pertumbuhan bisnis.

Baca Juga  Pailit adalah: Definisi dan Perbedaannya dengan Bangkrut

4. Mengukur Keberlanjutan Pertumbuhan

Analisis rasio laba atas ekuitas juga bisa digunakan untuk menilai keberlanjutan perusahaan dalam menciptakan pertumbuhan. 

Melalui perhitungan ini, investor bisa mengidentifikasi apakah perusahaan tempatnya berinvestasi tergolong rentan terhadap risiko pasar maupun ketidakstabilan keuangan. Estimasi ini dapat dibuat dengan mengalikan ROE dengan rasio pembayarannya.

5. Membangun Persepsi Investor

Peningkatan persentase ROE dari waktu ke waktu mengindikasikan bahwa manajemen mampu menginvestasikan kembali laba ditahan.

Jadi, sekalipun tidak membagikan dividen, para investor bisa tetap memiliki persepsi positif bahwa perusahaan secara efektif mampu mengelola laba sehingga menghasilkan investasi yang produktif dan peluang pertumbuhan. 

6. Memengaruhi Keputusan Investasi

Sebagaimana tujuan investasi pada umumnya, investor mengharapkan pengembalian yang setinggi-tingginya dari investasi serendah-rendahnya. Meski pada praktiknya, dunia investasi hanya mengenal prinsip high risk, high return.

Namun, dalam hal ini, naik turunnya angka tersebut dari waktu ke waktu bisa menjadi pertimbangan tersendiri bagi para investor dalam membuat keputusan investasi.

7. Mengidentifikasi Masalah Keuangan

Utang yang berlebihan, pengembalian yang tidak menentu, dan pendapatan negatif adalah beberapa masalah yang dapat diteliti dengan bantuan rasio ROE. 

Meskipun rasionya terlampau tinggi juga dapat mengindikasikan risiko, tapi ekuitas yang lebih kecil dari laba bersih cenderung mengisyaratkan risiko yang lebih besar.

Bagaimana Cara Menilai ROE?

Tidak ada rule of thumb untuk menentukan apakah angka tersebut baik atau buruk. Namun, kisaran ini bisa membantumu membuat penilaian:

  • ROE 15-20% dianggap kuat di banyak industri. Ini menunjukkan bahwa perusahaan secara efektif menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan laba dan mengungguli para pesaingnya.
  • ROE 10-15% masih dianggap solid. Artinya, bisnis tersebut menghasilkan laba atas ekuitas yang layak.
  • ROE di bawah 10% kemungkinan besar mengindikasikan tanda bahaya alias red flag. Ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki masalah mendasar sehingga memengaruhi profitabilitasnya.

Namun sekali lagi, langkah paling baik untuk menilai baik buruk ROE adalah dengan membandingkannya dengan rasio perusahaan lain atau rata-rata perusahaan-perusahaan yang berada dalam lingkup industri yang sama.

Baca Juga  Mengenal SHMSRS: Definisi, Jenis, Persyaratan, dan Biaya Mengurusnya

Selanjutnya, ROE juga bisa dinilai dari pertumbuhannya:

  • Ketika angkanya meningkat dari waktu ke waktu dapat diartikan bahwa perusahaan tahu bagaimana caranya menginvestasikan kembali pendapatannya sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan laba.
  • Ketika angkanya menurun dari waktu ke waktu dapat berarti bahwa manajemen membuat keputusan yang buruk dalam menginvestasikan kembali modal pada aset yang tidak produktif.

Lantas bagaimana dengan implikasinya terhadap keputusan investasi? 

  • Semakin tinggi angkanya, semakin baik. Ini menunjukkan bahwa perusahaan menghasilkan laba bersih yang memuaskan sehingga meningkatkan kepercayaan pemegang saham dan bahkan menarik lebih banyak investor.
  • Sebaliknya, pengembalian ekuitas yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan menghasilkan laba bersih yang relatif rendah dan ini kurang menarik bagi investor maupun pemegang saham.

Bagaimana Cara Menghitung ROE?

Rumus untuk menghitung ROE adalah sebagai berikut:

Return on Equity (ROE) = Laba Bersih / Ekuitas Pemegang Saham x 100%

Untuk memahaminya, menggunakan ilustrasi berikut ini:

PT XYZ adalah perusahaan manufaktur yang memiliki ekuitas pemegang saham sebesar Rp 4 miliar dan utang (likuiditas) sebesar Rp 6 miliar, dengan total aset Rp 10 miliar (Rp 4 miliar + Rp 6 miliar). Diketahui bahwa laba bersih setelah pajak (EAT) adalah Rp 1 miliar. 

ROE = Rp 1.000.000.000 : Rp 4.000.000.000 x 100%

= 25%

Itu artinya, setiap Rp 1 yang diinvestasikan pemegang saham akan menghasilkan laba Rp 25 atau pengembalian ekuitas sebesar 25%. Rasio tersebut menunjukkan  bahwa perusahaan ini memanfaatkan ekuitas secara efisien.

Kalau rasio ini bisa konsisten atau bahkan meningkat dari tahun ke tahun, para investor akan semakin yakin dan tak ragu untuk berinvestasi di PT XYZ.

Itulah semua hal yang perlu kamu pahami soal Return on Equity. Ya, memang ada kalanya kamu butuh meningkatkan modal usaha—baik itu dari investor maupun pinjaman untuk meningkatkan pertumbuhan dan laba perusahaan.

Nah, bagi kamu yang membutuhkan pinjaman modal usaha, ada Pembiayaan Jaminan Properti dari MOFI yang siap membantu. Ada banyak keuntungan yang bisa kamu dapatkan, yuk pelajari informasi selengkapnya di sini!

You may also like